Thursday, September 22, 2011

kursi panjang di depan TV yang mati

kursi kayu panjang dengan kasur lama yang tipis sebagai pengganti bantalan duduk,
mungkin akan jadi tempat favoritku setelah ini
karena ketika melihat TV mati di seberangnya,
aku bisa melihat rekaman kita
di atas kursi kayu antik
di dalam ruangan yang antik
saling bersandar dan mendengarkan suara napas
lalu berusaha membicarakan hal-hal remeh
sekedar supaya perhatianmu bisa teralih dari tanganku yang gemetaran,
jantungku yang bandel tak keruan
karena emosi yang entah nyata atau tidak
bagimu, nyata atau tidak
karena bagiku, aku takut bagimu tidak

kali berikutnya di kursi panjang di depan TV yang mati,
aku akan bicara padamu
tentang hal-hal yang jauh lebih sepele lagi
agar aku bia terus mengawasi gambar yang terpantul di layar TV mati
tentang emosiku yang terlanjur nyata
dan terus berpikir sendirian,
"semoga emosimu tidak sekedar terlihat nyata"