Sunday, July 17, 2011

drama pernikahan

kemarin aku hadir di kawinan keluarga di rumah nenek di Duri. berhubung ini kawinan keluarga, dari pagi aku bangun, si papah nyuruh-nyuruh bantuin dapur pesta. jadi aku menawarkan diri ke nenek-nenek dan tante-tante di dapur untuk membantu. berhubungan persiapan ke Duri cuma lima menit, aku lupa bawa kaus lengan panjang. jadi pagi itu yang kupake adalah T-Shirt ijo bergambar vespa seharga 7000 rupiah dan jaket gunung merah bernama 'Angelo' yang kubawa karena jaketku dicuci di rumah. jaket merah itu punya kisah lain, tapi bukan si jaket lah yang akan kuceritakan disini. hehe, maaf ya Angelo...next time, Love :*

akhirnya, karena dapur sangat padat, aku dan Angelo hanya menciptakan ruangan yang lebih sesak lagi, aku menyelesaikan memotong kacang panjang dan balik ke rumah nenek yang nyaman dan tidur-tiduran sambil baca novel Annapurna sendirian di kamar. di rumah nenek, kalau anak-anaknya berkunjung mereka punya kamar masing-masing untuk keluarga mereka. si papah dan si umi ada di luar bantu-bantu persiapan pesta, adik laki-lakiku tidur di kamar sepupu laki-lakiku, dan adik perempuanku juga ada di luar entah sedang berkontribusi apa. jadi aku sendirian di kamar keluargaku.

before he came in.

tiba-tiba dia masuk dengan tampang ngantuk dan langsung merobohkan diri di seberang tempat tidurku. haha, pasti dia baru dibangunkan ibunya, terus pura-pura udah bangun dan keluar kamar, lalu mencari tempat tidur lagi. aku diam saja dan melanjutkan membaca novel Annapurna yang sedang memasuki bagian serunya.

tau-tau dia nanya soal Annapurna yang sedang kubaca. kubilang, ini novel tentang ekspedisi wanita ke puncak Annapurna di Himalaya. terus, kubilang aku jadi ingin sekali mendaki gunung es. terus kita jadi ngobrol soal Cartenz. dan dari situ obrolan mengalir. hm, it's been so long ya, Brother, since we talked this much.

pokoknya obrolan itu berakhir dengan rada emosional. sesuatu yang membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. mengutip kata-kata seorang teman, "Tertawa adalah bentuk substitusi dari menangis. daripada malu..." ya, bahkan sambil mengetik sekarang, aku masih tersenyum-senyum dibuatnya.

Brother, kamu 'lucu' sekali. terimakasih atas 'tawa'nya.

Siang hari, saat kawinan berlangsung, dia dan saudara-saudaranya bergabung dengan mempelai pria (yang saudaraku juga sebenarnya). aku karena males bertemu banyak orang dan males dandan pake jilbab yang rapi, diam di dalam rumah nenek sambil lagi-lagi baca novel Annapurna. sekitar menjelang tengah hari, dia masuk lagi ke rumah, lalu bersiap-siap lagi. aku tanya dia mau kemana, dia bilang dia sudah harus dinas lagi, stand by di Rumah Sakit. aku cuma senyum ketika dia pamit. lalu karena ngerasa agak kesepian di dalam sendirian, aku keluar melihat kawinan saudaraku itu.

aku nggak pernah terlalu suka acara pernikahan. padahal dalam suatu proses pernikahan pasti banyak drama yang menarik. hm, aku yakin nggak semua drama pernikahan seperti yang digambarkan sinetron yang seragam. aku yakin nggak di semua pernikahan bakalan ada undangan yang tau-tau bilang "TIDAAAAK!" pas ijab qobul.



aku juga yakin nggak di semua resepsi ada pengantin perempuan yang lari-lari kabur sama mantannya.



tapi acara yang ramai, banyaknya orang asing yang tidak kukenal tapi harus terpaksa kusalami satu-persatu, pasang wajah tersenyum, memakai baju pesta norak yang tidak nyaman, dandan yang cantik (yuhu), dan kalau itu pernikahan adat minang, aku harus melihat warna merah-emas dimana-mana, sangat menyilaukan.

entah kapan ya aku jadi anti-family social begini. padahal dulu aku senang-senang saja dengan kondisi yang ramai. aku dulu suka menjadi pusat perhatian, karena aku anak pertama orangtuaku dan aku anak kecil yang cantik (yuhu again). dulu aku pernah bertekad, someday, i'll be his bride. wah, kalau diingat-ingat sekarang, khayalan anak kecilku sungguh konyol karena aku membayangkan badanku dan badannya tinggi memakai wedding dress dan tuxedo, tapi wajahnya masih wajah anak kecil seperti umurku waktu itu. anak kecil memang sutradara yang tidak secerdas orang dewasa, mereka nggak kepikiran kalo badan udah tinggi dan umur dewasa, wajah juga akan ikut berkembang. tapi anak kecil itu sutradara yang baik hati dan optimis.

ah, aku jadi penasaran, kira-kira drama seperti apa yang akan muncul di pernikahannya nanti. kalau kira-kira dramanya akan picisan, aku akan memastikan drama pernikahannya akan istimewa.



hahaha, konyol dan norak memang kedengarannya, tapi aku yakin tidak akan begitu, karena bahkan lama sebelum pernikahan itu akan berlangsung, drama yang ada sudah cukup menarik. mudah-mudahan follow up nya lebih menarik lagi.


see you, in the next time dimension, Brother. :)

No comments:

Post a Comment